Ngeri, Ini adalah Efek Jatuhnya Evergrande ke Sektor Bisnis Global

Ngeri, Hal ini adalah Efek Jatuhnya Evergrande ke Industri Bisnis Global
January 30, 2024

propertyindonesia

Jakarta – Pengadilan Hong Kong pada hari Awal Minggu waktu setempat telah dilakukan memerintahkan likuidasi melawan Evergrande, raksasa properti Tiongkok yang dimaksud terlilit utang. Keputusan ini diambil dua tahun setelahnya perusahaan yang disebutkan mengalami gagal bayar (default).

Hal itu sudah memicu krisis keuangan bagi pengembang properti lain serta menambah tantangan bagi negara dengan perekonomian terbesar kedua di area dunia. Pembubaran Evergrande juga mengakibatkan pertanyaan tentang nasib pemberi pinjaman luar negeri, yang tersebut kemudian juga dapat berdampak lebih besar luas terhadap industri asing yang tersebut beroperasi dalam Tiongkok.

Lantas, bagaimana sebenarnya perusahaan itu bisa jadi jatuh?

Mengutip The New York Times, Evergrande pernah dianggap terlalu besar untuk jatuh. Sebab, perusahaan menumpuk utang untuk melakukan ekspansi selama periodeĀ property boom. Masa yang dimaksud menjadikan sektor real estate sebagai pendorong utama perkembangan sektor ekonomi Tiongkok.

Namun ketika perekonomian melambat, pemasaran properti anjlok, serta regulator Tiongkok mulai membatasi pinjaman dana dan juga prakiraan yang digunakan berlebihan. Evergrande pun berjuang untuk membiayai kembali utangnya, yang mana sudah membengkak hingga tambahan dari US$ 300 miliar, serta berulang kali mencari tambahan sejumlah waktu untuk mencapai kesepakatan dengan kreditur.

Hakim yang mana menjadi pemimpin perkara kebangkrutan Evergrande saat ini sudah pernah menunda waktu pembayaran setelahnya pembicaraan selama dua tahun. Saham Evergrande yang mana terdaftar di area Bursa Efek Hong Kong, yang terus diperdagangkan meskipun di proses kebangkrutan, anjlok lebih besar dari 20% sebelum perdagangan dihentikan. Lantas, perusahaan pengembang yang disebutkan cuma bernilai US$ 275 jt atau sebesar Simbol Rupiah 4,34 triliun.

Kreditur kemungkinan besar akan kesulitan mendapatkan uangnya kembali dari Evergrande. Tidak ada tanda-tanda bahwa harga jual properti di tempat Tiongkok akan segera pulih, atau konsumen akan mulai membeli seperti dulu. Penjualan rumah baru turun 6% tahun lalu, ke tingkat yang terakhir terlihat pada 2016.

Proses ini akan menguji pemeliharaan bagi pemodal luar negeri. Hakim Hong Kong telah lama menunjuk perusahaan restrukturisasi dengan syarat Amerika Serikat (AS), Alvarez & Marsal untuk melikuidasi Evergrande. Namun sebagian besar aset perusahaan berada pada daratan utama Tiongkok. Maka demikian, dilihat secara historis, likuidator yang ditunjuk oleh pengadilan Hong Kong tak diizinkan untuk mengambil kendali menghadapi aset tersebut.

Lebih lanjut, nasib Evergrande juga mempunyai implikasi yang tersebut lebih lanjut luas terhadap kegiatan bisnis internasional di dalam Tiongkok. Pemodal asing sudah menarik miliaran dolar ke luar negeri, seiring Presiden Xi Jinping memperketat cengkeramannya terhadap perekonomian. Padahal, para pejabat secara terbuka menyatakan bahwa Tiongkok terbuka untuk bisnis.

“Masyarakat akan mengawasi dengan cermat untuk mengamati apakah hak-hak kreditur dihormati,” kata Dan Anderson, mitra lalu spesialis restrukturisasi pada firma hukum Freshfields Bruckhaus Deringer, menyatakan untuk The New York Times, diambil Selasa (30/1/2024).

Artikel Selanjutnya Ada Kabar Terbaru yang mana Bikin Resah Penanam Modal Properti Di China

Tags: , ,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *